Oleh : H. S. Prodjokusumo
Para
pemuka agama khususnya agama Islam yaitu kiyai, ulama’ dan para pemimpin ormas
islam dan pesantren dalam era globalisasi dewasa ini menghadapi banyak
tantangan, baik yang bersifat interen maupun eksteren.
Para
pemimpin agama itu mempunyai ummat/qaum/pengikut yang diberi bimbingan dan
arahan dalam kehidupan beragama. Moderenisasi dalam segala bidang kehidupan
telah berpengaruh besar dalam terhadap pola pikir, prilaku, dan pola kehidupan
manusia, termasuk ummat yang berada dalam bimbingan para pemuka agama.
Seseorang
dalam kedudukan apa saja dalam kndisi bagaimanapun pada umumnya yang dipikirkan
dan diupayakan dalam sehari-hari, adalah yang pertama yang diutamakan yaitu
bagaimana cara agar hidupnya lebih ringan, ekonomi rumah tangganya bertambah
baik, dapat membiayai sekolah anak-anaknya, agar dapat mengawinkan anaknya yang
sudah dewasa dan lain-lainya.
Orang
tidak bisa cepat tidur, orang melewatkan waktunya untuk berenung, mondar mandir
mencari pekuang untuk mendapatkan tambahan penghasilan itu terjadi setiap hari
dimana-mana.
Apa
yang dapat diberikan oleh pemuka agama kepada ummatnya yang sedemikian rupa
itu? Nasehat, tuntunan dan bimbingan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Sampai dimana dampak nasehat yang terkandung dalam ceramah, khutbah dan
sebagianya itu terhadap problem yang dihadapi oleh ummat yang sedang dalam
keadaan krisis ekonomi rumah tangga? Terhadap masalah pelik yang dihadapi oleh
buruh terhadap majikanya, terhadap sengketa tanah yang dihadapi oleh petani?
Hal-hal
tersebut masih disebut masalah interen yaitu pemuka agama dan ummatnya. Dengan
dugaan bahwa warga Indonesia yang memeluk agama Islam itu berjumlah 160 juta
orang, berapa juta yang berada dalam bimbingan langsung oleh para pemuka agama,
seperti para santri oleh kiyainya, organisasi Islam oleh para pemimpinya. Kami
kira belum ada 40% dari 160 juta jiwa, sehingga yang 60% lainya belum
terjangkau oleh bimbingan para pemuka agama.
Pada
umumnya dari mereka itu merasa bahwa dirinya masih belum memerlukan bimbingan
pemuka agama, bahkan mereka belum merasakan kebutuhan agama, tidak punya
masalah apa-apa dengan kehidupan beragama, hal seperti ini yang boleh disebut
tantangan eksteren.
Para
pemuka agama dan para budayawan, misalnya sangat memprihatinkan terhadap
penayangan tv yang isinya banyak yang bertentangan dengan norma-norma agama, ,
khususnya Islam, bagi mereka yang merasa tiak punya masalah tentang agama, akan
mengambil sikap masa bodoh dan tida kada kepedulian sama sekali.
Akan
tetapi semua orang akan merasa prihatin terhadap meningkatnya kasus perkosaan,
perampokan, pembunuhan dan sebagainya, karena dalam dirinya ada rasa
kehawatiran kalau sampai kasus seperti itu dapat menimpa dirinya atau
keluarganya. Bukan pertama-tama karena
agama.
Yang
menjadi tantangan para pemuka agama yaitu bagaimana caranya agar dakwahnya,
khuthbahnya dan bimbinganya dapat menjangkau yang 60% pemeluk agama Islam.
Kendala yang dihadapi para pemuka agama itu sangat banyak.
Satu persatu hal itu menjadi
tantangan besar dan berat bagi seluruh pemuka agama. “apabila pemuka agama
tidak dapat menjawab problematika ummatnya, kemungkinan besar ummat itu akan
meninggalkan agamanya *pemuka agama)
0 Komentar