Butir-butir Mutiara Tashawuf

October 18, 2013


Kami menyenangi/mencintai para sufi yg sebenarnya seperti, Imam Hasan dan Imam Husain Putra Rosulillah, Imam ja'far Ash-Shodiq, Syaikh Ali Al-Buni Qubro Ma'rifatulloh, Syaikh Jajuli Sulaiman, Syaikh Abi Madyan Al-Maghrobi, Syaikh Datu'kahfi, Imam Asy-Syafi'I Madzhab, Imam Abu Hamid Al-Ghozali, Imam Junaid Al-Baghdadi, Imam Abul Qosim Al-Baghdadi, Imam Ahmad Ar-Rifa'i, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, Abu Yazid Al-Busthomi, Imam Dzun Nun Al-Mishri, Imam An-Nawawi, Syaikh Syarif Hidayatulloh Al-Chirboni, Syaikh Nawawi Al-Bantai Ma'ruf Al-Kurkhi, Abul Hasan Asy-Syadzili, Imam Tajuddin Al-Malibari, Imam Asy-Sirri guru Imam Ghozali, Imam Jalaludin Asyuthi, Syaikh Abdul Qohir Al-Baghdadi, Imam Bakri Syatho Ad-Dimyati dan lain-lain.
Mereka berjalan di tasawwuf yang benar, selamat dari kebid'ahan yang tercela, syathohat yang tercela.

Karna hakiqot Tasawwuf adalah : mengikuti syari'ah, mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah, mujahadah nafsu dan melawan Al-hawa.

Seorang sufi yang sangat terkenal dengan salah salah satu karya agungnya tentang tasawwuf berjudul ar-Risalah al-Qusyairiyyah­, yaitu al-Imam Abu al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazan al-Qusyairi (w 456 H). Dalam karyanya tersebut al-Qusyairi menuliskan secara detail keyakinan para ulama sufi dan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat kuat memegang teguh akidah Ahlussunnah. Di antara yang beliau tulis dalam ar-Risâlah adalah sebagai berikut:

وهذه فصول تشتمل على بيان عقائدهم في مسائل التوحيد ذكرناها على وجه الترتيب. قال شيوخ هذه الطريقة على ما يدل عليه متفرقات كلامهم ومجموعاتها ومصنفاتهم في التوحيد: إن الحق سبحانه وتعالى موجود قديم لا يشبهه شىء من الفخلوقات، ليس بجسم ولا جوهر ولا عرض، ولا صفاته أعراض، ولا يتصور في الأوهام، ولا يتقدر في العقول، ولا له جهة ولا مكان، ولا يجري عليه وقت وزمان.

Pasal-pasal ini mencakup penjelasan aqidah kaum sufi dalam masalah tauhid, dan kami akan sebutkan secara tertib. Para pemuka kaum sufi, dengan berbagai tingkatan dan berbagai macam karya dalam masalah aqidah yang telah mereka tulis, mereka semua telah sepakat bahwa Allah Maha Ada, Qadim; tanpa permulaan, tidak menyerupai apapun dari seluruh makhluk ini, bukan benda (al-Jism), bukan al-Jawhar (benda terkecil yang tidak dapat terbagi bagi), bukan al-‘Aradl (sifat benda), segala sifat sifatNya bukan sifatsifat benda, tidak dapat digambarkan dalam prakiraan-praki­raan, tidak dapat dibayangkan oleh akal pikiran, ada tanpa tempat tanpa arah, tidak terikat oleh waktu dan zaman.
(Ar-Risalah al-Qusyairiyyah­, hal. 7)

Sanadz/­Isnadznya semua thoriqoh itu kebanyakan melalui jalur Sayyidina Abu bakar As-sHiddiq dan Sayyidina Ali bin abi tholib Karomallohi waj'hah, tetapi ada sebagian sanadz yang bersambung kepada anas bin malik. Saya kasih ibaroht dalam kitab Al-mafakhirul aliyah

عن الجنيد عن السري السقطي عن معروف الكرخي عن داود الطائي عن حبيب العجمي وهو عن أبي بكر محمد ابن سيرين وهو عن انس بن مالك

(Al-mafakhirul aliyah hal:12)

Ya mungkin mereka gak akan percaya begitu saja dengan sanadz ini karna di sebutkan dalam kitab thoriqoh Syadziliyah. Tetapi apakah mereka akan menutup mata dari kitab hilyatul awliya' tulisan Al-hafidz Abu nuaim..........­......???
Di sana di sebutkan bahwa sahabat abu musa Al-Asy'ari telah mengijazahkan ilmu thoriqoh kepada tabiin besar Amir bin abdu Qois, di situ di sebutkan

وكان عامر بن قيس ممن تخرج على أبي موسى الإشعري فى النسك والتعبد ومنه تلقن القراة وعنه أخذ الطريقة

Amir bin Qais termasuk orang yang belajar kepada Abu musa Al-asy'ari dalam masalah haji dan beribadah dan mengaji talqin Al-Qur'an kepadanya juga mengambil ilmu thoriqoh darinya.
(Hilyatul awliyaa' 2/94)

Masihkah mereka berani menyebarkan fitnah bahwa thoriqoh (tasawwuf) itu sesat bukan dari islaam.........­......???
Udah nyata dijelaskan bahwa kemursyidan itu di prakarsai oleh para Shahabat dan mereka di tarbiyah langsung oleh Junjungan Nabi Muhammad SAW.
Masihkah mereka berani menyebarkan fitnah bahwa thoriqoh (tasawwuf) itu sesat bukan dari islaam.........­......???
Udah nyata dijelaskan bahwa kemursyidan itu di prakarsai oleh para Shahabat dan mereka di tarbiyah langsung oleh Junjungan Nabi Muhammad SAW.

Butir-butir Ajaran Tasawwuf Menurut Imam Qusyairi Dalam Risalah Qusyairiyah.

1. Taubat/thobat.
2. Mujahadah.
3. Khalwat dan Uzlah.
4. Taqwa.
5. Wara'/waro.
6. Zuhud tidak hubbuddunya.
7. Shamat'.
8. Khauf.
9. Raja'.
11. Hazan.
12. Ju'wa Tarkus Syahwat,
13. Khusu' dan Tawadlu.
14. Mukholafatun Nafsi.
15. Qana'ah,
16. Tawakkul.
17. Syukur.
18. Yaqin,
19. Sabar,
20. Muroqobah,
21. Ridla,
22. Ubudiyah,
23. Iradah,
24. Istiqomah,
26. Ikhlas,
27. Shiddiq,
28. Haya',
29. Dzikr,
30. Al-Futuwah,
31. Firasah,
32. Khulq,
33. Jud'Was Sakha,
34. Ghoirah,
35. Wilayah,
36. Do'a,
37. Faqir,

Inikah Yg Engkau Sesatkan Wahai Si Jahil wahabi??
Inikah Yg Engkau Anggap Bid'ah Wahai Si Pandir???

Imam Asy-Shiri Suqthi brkata tentang
Tasawwuf itu adalah nama dri tiga unsur.
1. Orang yg tidak mengalahkan nur ma'rifatnya akan nur Wara'nya.

2. orang yg tidak memfatwakan ilmu2 bathin yg berlawanan dgn al kitab/sunah.

3. Orang yg keramatnya tidak dibawanya untk melanggar larangan Allah.
(Risalah Qusyairiyah-halaman 10)

BELAJAR MATI SEBELUM MATI.
Betapa Allah dan Rosulalloh menyayangi kita. memperingatkan kita tentang kematian, sehingga kita masih diberi kesempatan hidup untuk beribadah, mengabdikan dan menyerahkan diri kita lahir dan bathin kepada Allah Subhanahu Wata'Ala..

Hidup adalah untuk ibadah .
Tujuan ibadah adalah untuk mendekatkan diri dan menggapai ridloo Allah Subhanahu Wata'ala.

Saya pernah bertanya kepada guru saya :
Bagai mana supaya ibadah itu nikmat dan terasa.??

Guru saya bilang : diajar maot heula atuh !
( bhs. Sunda ).
Kalau menurut bahasa indonesianya,
Kata guru saya :
Belajar mati dulu dong !

sungguh suatu kata-kata yang teramat dalam dan menganduk hikmah, dan membuat saya bingung untuk berfikir.

Lalu saya bertanya : bagaimana cara belajar mati itu ???
Guru saya menjawab : kamu lihat dan perhatikan orang yang sudah mati ???

Mereka sudah tidak bisa bergerak, tidak bisa mendengar, tidak bisa bicara, tidak bisa melihat dan tidak bisa merasakan apapun.

Jadi kalau kita ingin merasakan nikmat ibadah dan ingin dekat dengan Allah maka harus belajar mati.

Orang mati tidak bisa bergerak :
maka kita jangan menggerakkan tubuh kita pada sesuatu yang Allah tidak ridlo.

Orang mati tidak bisa bicara:
maka kita jangan bicara yang tidak ada manfa'atnya.

fal yaqul khoiron au liyashmut.
Berkatalah dengan baik atau diam..

Orang mati tidak bisa melihat :
maka kita jangan menggunakan mata kita untuk melihat sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu Wata'Ala.

Orang mati tidak bisa mendengar :
maka janganlah kita mendengarkan sesuatu yang dapat mengundang murkanya Allah Subhanahu Wata'Ala.

Dan orang mati tidak bisa merasakan apa-apa ,walaupun dia dicubit dengan keras :
maka bila ada orang yang menghina dan mengejek kita , maka kita jangan marah dan membalas hinaan tersebut.
Anggap saja hinaan dan ejekan orang sebagai belaian sayang dan nyanyian surga bagi kita.

Orang mati tergantung orang hidup ,mau dibagaimanakan juga sudah pasrah dan ikhlash tidak membantah dan tidak melawan.

Begitulah ibadah kita kepada Allah .
Kita hidup dan ibadah harus pasrah dan tunduk/ ta'at kepada yang maha hidup.
Tidak boleh membantah dan melawan, hidup dan ibadah dengan pasrah kepada Allah semata.

INGATLAH DIAM NYA ORANG MATI ADALAH HIKMAH DAN ISYARAT UNTUK KITA SEMUA.

Sayyidina Umar ibnil Khoththob Rodliyallohu 'Anhu berkata : “ Samudera itu ada Empat "

Hawa Nafsu itu samudera dosa.
Nafsu itu samudera keinginan/ Syahwat.
Kematian itu samudera Umur.
Dan Kubur itu Samudera Penyesalan.

Hawa Nafsu ialah kecenderungan nafsu untuk memenuhi keinginannya yang diluar perintah syara’.

Hawa Nafsu adalah menjadi sumber/pangkal perbuatan dosa.

Nafsu ialah elemen jiwa yang. berpotensi mendorong pada tabiat/biologis dan mengajak diri pada berbagai kelezatan.

Nafsu adalah menjadi sumber/pangkal kejelekan dan sumber perangai yang tercela.

Kematian itu samudera umur artinya bahwa kematian itu menghimpun seluruh umur yang telah ada.

Kubur itu samudera penyesalan artinya bahwa di alam kuburlah terjadi berbagai penyesalan seluruhnya.

Renungkanlah nasihat yang singkat ini !!!
(Kitab Nashoihul Ibad)

Thoriqoh-Thoriq­oh Tasawwuf.
1. Syadziliyah.
2. Nasqybandiyah.
3. Qodiriyah.
4. Sammaniyah.
5. Qodiryah wa Nasyqobandiyah
6. Khalwatiriyah.
7. Tijaniyah.
8. Rifa'iyah.
9. Shidiyah, dan lain-lain.

Al-Imam Al-Allamah Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi berkata :

اعلم وفقني الله وإياك أن علم التصوف في نفسه علم شريف رفيع قدره سني أمره ، لم تزل أئمة الإسلام وهداة الأنام قديماً وحديثاً يرفعون مناره وَيُجِلُّون مقداره ويعظمون أصحابه ويعتقدون أربابه ، فإنهم أولياء الله وخاصته من خلقه بعد أنبيائه ورسله ، غير أنه دخل فيهم قديماً وحديثاً دخيل تشبهوا بهم وليسوا منهم وتكلموا بغير علم وتحقيق فزلوا وصلوا وأضلوا ، فمنهم من اقتصر على الاسم وتوسل بذلك إلى حطام الدنيا ، ومنهم من لم يتحقق فقال بالحلول وما شابهه فأدى ذلك إلى إساءة الظن بالجميع ، وقد نبه المعتبرون منهم على هذا الخطب الجليل ونصوا على أن هذه الأمور السيئة من ذلك الدخيل.

Ketahuilah, semoga Allah memberikan taufiq-Nya padaku dan kamu, sesungguhnya ilmu tasawwuf itu sendiri adalah ilmu yang mulia, tinggi derajatnya dan luhur urusannya. Para imam Islam dan para ulama penunjuk manusia sejak dulu hingga sekarang selalu mengangkat lambangnya, meninggikan martabatnya dan mengangungkan para pemeluknya dan meyakini kemulian ahlinya. Karena mereka adalah para wali Allah Swt dan orang-orang khusus-Nya dari makhluk-Nya setelah para nabi dan rasul-Nya, akan tetapi masuklah sesuatu yang asing sejak dulu hingga sekarang yang menyerupai penganut tasawwuf padahal sama sekali mereka bukanlah dari ahli tasawwuf. Mereka berbicara tanpa ilmu dan mengerti hakikat, sehingga mereka tergelincir, sesat dan menyesatkan. Di antara mereka ada yang mencukupkan saja dengan nama dan menjadikan perantara untuk mengambil keuntungan dunia. Di antara mereka ada yang belum mencapai hakikat sehingga mereka berucap dengan hulul dan semisalnya, sehingga itu semua membuat munculnya buruk sangka terhadap semua ajaran tasawwuf. Sungguh para pengambil pelajaran dari mereka telah member peringatan atas nasehat mulia ini dan menetapkan bahwa semua perkara buruk ini muncul dari sesuatu yang asing (di luar tasawwuf) tersebut.
(Ta’yidul Haqiqah al-‘Aliyyah Wa Tasyiduth Thariqoth asy-Syadziliyyah halaman : 7, karya imam as-Suyuthi)

Al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghozali berkata :

ولقد علمت يقيناً أن الصوفية هم السالكون لطريق الله تعالى خاصة وأن سيرتهم أحسن السيرة، وطريقتهم أصوب الطرق، وأخلاقهم أزكى الأخلاق.. ثم يقول رداً على من أنكر على الصوفية وتهجَّم عليهم: وبالجملة فماذا يقول القائلون في طريقةٍ طهارتُها - وهي أول شروطها - تطهيرُ القلب بالكلية عما سوى الله تعالى، ومفتاحها الجاري منها مجرى التحريم من الصلاة استغراقُ القلب بالكلية بذكر الله، وآخرها الفناء بالكلية في الله

Sungguh aku telah mengetahui secara yakin bahwa ahli tasawwuf mereka adalah orang yang menapaki jalan Allah Ta’ala secara khusus, sejarah hidup mereka sebaik-sebaik sejarah. Jalan mereka paling benarnya jalan. Akhlak mereka sesuci-sucinya akhlak. (kemudian beliau berkata sebagai jawaban pada orang yang mengingkari ahli tasawwuf) Kesimpulannya, apa yang akan dikatakan para penentang mereka di dalam metode pembersihan ajaran tasawwuf ? sedangkan itu merupakan syarat pertama yaitu membersihkan hati secara keseluruhan dari selain Allah Ta’ala dan kuncinya yang berlaku darinya seperti berlakunya takbiratul ihram saat sholat yaitu tenggelamnya hati secara keseluruhan dengan mengingat Allah dan akhirnya adalah fana secara keseluruhan di dalam Allah Swt.
(Al-Munqidz minadh Dholal : 17, karya imam Ghozali)

Al-Imam Al-Kabir Syaikh Abdul Qohir Al-Baghdadi berkata :

الفصل الأول من فصول هذا الباب في بيان أصناف أهل السنة والجماعة. اعلموا أسعدكم الله أن أهل السنة والجماعة ثمانية أصناف من الناس... والصنف السادس منهم: الزهاد الصوفية الذين أبصروا فأقصروا، واختَبروا فاعتبروا، ورضوا بالمقدور وقنعوا بالميسور، وعلموا أن السمع والبصر والفؤاد كل أُولئك مسؤول عن الخير والشر، ومحاسب على مثاقيل الذر، فأعدُّوا خير الإِعداد ليوم المعاد، وجرى كلامهم في طريقَيْ العبارة والإِشارة على سَمْتِ أهل الحديث دون من يشتري لهو الحديث، لا يعملون الخير رياء، ولا يتركونه حياء، دينُهم التوحيد ونفي التشبيه، ومذهبهم التفويضُ إِلى الله تعالى، والتوكلُ عليه والتسليمُ لأمره، والقناعةُ بما رزقوا، والإِعراضُ عن الاعتراض عليه. {ذلكَ فضلُ اللهِ يؤتِيهِ مَنْ يشاءُ واللهُ ذو الفضلِ العظيمِ

Fasal pertama dari fasal-fasal bab ini, tentang penjelasan kelompok-kelompok Ahlus sunnah waljama’ah. Ketahuilah, semoga Allah membuat kalian bahagia, sesungguhnya Ahlus sunnah waljama’ah ada delapan kelompok manusia..(hingga ucapan beliau).. Kelompok ke enam di anatara mereka adalah orang-orang yang zuhud dan ahlis shufi yang mereka memandang dengan mata hati hingga mereka bisa berlaku sederhana, mereka mendapat ujian dan mereka mengambil pelajarannya. Mereka ridha dengan ketentuan dan legowo dengan hal yang ringan. Mereka ahli shufi mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertangung jawabannya dari kebaikan atau keburukan dan akan dihisab walau seberat biji atom pun. Maka mereke mempersiapkan diri dengan sebaik-baik bekal untuk hari kembali kelak dan ucapan mereka berjalan di dalam dua jalan ibarat dan isyarat berdasarkan karakter ahli hadits bukan orang yang menjual permainan hadits. Mereka beramal kebaikan tidak dengan pamer dan tidak meninggalkan kebaikan karena malu. Agama mereka Tauhid dan meniadakan Tasybih (penyerupaan) dan mazdhab mereka Tafwidh (menyerahkan makna) kepada Allah Swt, tawakkal dan penyerahan diri kepada perintah Allah. Qonaah terhadap rezeki yang mereka dapat dan berpaling dari mengeluh atas-Nya. Itulah keutamaan Allah yang Allah berikan pada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah maha memiliki keutamaan yang agung.
(Al-Farq bainal Firaq halaman : 236)

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Recent Post