kiranya kita melihat teman-teman yang selalu berada di antara, karena mereka akan selalu mengikuti setiap saat dalam perjalanan kita. Perlu kita ingat bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mencari teman sama halnya dengan mencari surga ataupun neraka.
Berkaitan dengan hal ini, perlu kiranya kita melihat kembali dua contoh persahabatan di masa Rasulullah saw., yang pertama adalah sahabat yang buruk, yang menghancurkan sahabatnya hingga masuk ke neraka, dan kedua adalah sahabat yang Shalih, yang memberi kebahagiaan kepada temannya, dan menghantarkannya ke surga.
1. Uqbah bin Abu Mu`ith
Uqbah adalah sahabat dekat Abu Jahal Amru bin Hisyam. Dalam suatu kesempatan, Abu jahal melakukan perjalanan jauh. Pada saat yang bersamaan Uqbah bin bin Abu Mu`idz mendengar Rasulullah saw. sedang membca al-Qur`an. Saat itulah, ia tertarik pada Islam dan mengikrarkan diri menjadi bagian dari umat Rasulullah saw.
Saat Abu Jahal kembali dari perjalanannya, ia menemui Uqbah dan mengingatkan kepadanya agar tidak sampai meretakkan tali persahabatan yang telah terjalin. Ia juga menyuruhnya untuk menemui Rasulullah saw. dan meludahinya. Uqbah pun merenung sejenak, membandingkan antara ke duanya; tetap dengan keyakinan barunya, Islam ataukah kembali pada kekufuran dan tetap bersahabat dengan Abu Jahal. Hingga pada akhirnya ia menentukan pilihannya untuk kembali pada Abu Jahal dan menentang ajaran Rasulullah saw. serta menyakiti beliau. Tidak ada orang yang paling kejam dan paling keras memusuhi Rasulullah saw. yang sepadan dengannya. Berkenaan dengan hal ini, Allah swt. menurunkan ayat, "Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (al-Furqân [25] : 28-29)
Inilah kerugian besar yang dialami Uqbah bin Abu Mu`ith, baik di dunia maupun di akhirat. Diapun masuk ke dalam neraka sebab sahabatnya, Abu Jahal.
2. Iyasy bin Abu Rabi`ah
Iyasy adalah sahabat Umar bin Khatab. Saat mereka berdua hijrah dari Mekah menuju Madinah, di tengah perjalanan ia disusul oleh Abu Jahal karena ia tergolong orang yang terpandang, dan Abu Jahal merasa khawatir jika hijrahnya ke Madinah akan diikuti penduduk Mekah. Abu Jahal mengejarnya di belakang sambil memanggil, lalu berkata kepadanya, "Ibumu telah berjanji untuk tidak makan, tidak mau masuk ke dalam rumah, dan tidak akan mandi sampai engkau kembali menemuinya."
Saat itu, Iyas menaiki kuda bersama Umar bin Khatab dan berada dibelakangnya. Seketika itu juga, Iyasy ingin melompat dan menemui ibunya. Umar berkata kepadanya, "Jangan engkau khawatirkan keadaan ibumu, jika ia merasa kepanasan, pasti ia akan masuk ke dalam rumah dan jika kutu telah banyak di kepalanya, pasti ia akan mandi." Tapi Iyas tetap ingin menemui ibumu. Lantas Umar berkata kepadanya, "Bawalah unta ini dan temui ibumu, setelah itu susul aku ke Madinah!"
Sesampainya di Mekah, Iyas mendapat siksaan dari kaumnya sampai ia menanggalkan keyakinannya terhadap Islam dan kembali pada kekufuran.
Umar bin Khatab tidak pernah putus asa untuk mengajaknya kembali pada Islam. Sampai setiap kali ada ayat yang turun, ia mengirimkannya kepada Iyas. Salah satu ayat yang dikirim Umar kepadanya adalah firman Allah swt., "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (az-Zumar [39] : 53)
Ayat ini sampai juga ke tangan Iyasy dan iapun membacanya. Saat itulah ia menangis dan segera mengambil kuda lalu menungganginya untuk menyusul Umar bin Khatab ke Madinah dan kembali pada pangkuan Islam. Dia selamat dari api neraka karena sahabatnya.
0 Komentar